14 Juli 2020

MPLS SMPN 193 Jakarta Hari kedua

CHARACTER BUILDING

Pembangunan Karakter

1.  Pengertian Pembangunan Karakter
Pengertian Charakter Building dalam segi bahasa, Charakter Building atau membangun karakter terdiri dari 2 suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character) artinya membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, aklak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dalam konteks pendidikan (Modul Diklat LAN RI) pengertian Membangun Karekter (character building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa upaya membangun karakter akan menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut:
– Merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk membentuk, tabiat, watak dan sifat sifat kejiwaan yang berlandaskan kepada semangat pengabdian dan
kebersamaan
– Menyempurnakan karakter yang ada untuk terwujudnya karakter yang diharapkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
– Membina karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilandasi dengan nilai – nilai falsafah bangsa yaitu Pancasila
2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Karakter
Dalam membangun karakter suatu bangsa diperlukan perilaku yang baik dalam rangka melaksanakan kegiatan berorganisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta dalam bermasyarakat. Maka karakter manusia merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan perjuangan berbangsa dan bernegara guna terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD 1945.
Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan kualitas manusia maka karakter mempunyai makna sebuah nilai yang mendasar untuk mempengaruhi segenap pikiran, tindakan dan perbuatan setiap insan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini adapun nilai-nilai dalam pembangunan karakter yang dimaksud adalah
– Kejuangan
– Semangat
– Kebersamaan atau Gotong Royong
– Kepedulian atau Solider
– Sopan Santun
– Persatuan dan Kesatuan
– Kekeluargaan
– Tanggung jawab
Nilai-nilai seperti tersebut apabila dilihat lebih cermat dalam kondisi saat ini nampaknya cenderung semakin luntur hal ini dilihat semakin jelas contoh diantaranya makin maraknya tawuran antar pelajar, konflik antar masyarakat, maraknya korupsi di lingkungan pemerintah dan lain sebagainya. Kondisi yang seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud untuk meningkatkan rasa kepedulian, kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara haus tetap di jaga dan dilestarikan.
Untuk itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka menjaga nilai-nilai dalam karakter tersebut adalah:
– Ideologi
– Politik
– Ekonomi
– Sosial Budaya
– Agama
– Normatif
– Pendidikan
– Lingkungan
– Kepemimpinan

TATA KRAMA

Tata krama terdiri dari kata “tata” dan “krama”. Tata berarti aturan, adat, norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, prilaku santun, tingkah laku yang santun, bahasa yang santun, kelakuan yang santun, tindakan yang santun. Jadi  Tata Krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan yang mengalir hubungan antar manusia. Tata krama pergaulan berkaitan erat dengan etiket atau etika. Kata etiket berasal dari Perancis yaitu Etiquette yang berarti tata cara bergaul yang baik, dan etika berasal dari bahasa Latin Ehtic merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan, agama. Tata krama merupakan kesadaran yang sensitif atau perasaan orang lain. Jika kita memiliki kesadaran tersebut, berarti kita memiliki tata krama yang baik
Tata krama ini sebaiknya diajarkan sejak dini. Pada dasarnya orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan etika pada anak, dan orang tua pula dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut. Namun mengajarkan etika tidak bisa dilakukan hanya satu hari. Hal ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal untuk membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan sopan santun.
Untuk  memperkenalkan dunia tata krama, Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu :
  1. Orang tua sebagai model.
Pembentukan perilaku sopan santun sangat dipengaruhi lingkungan. Anak pasti mencontoh perilaku orang tua sehari-hari. Tidak salah kalau ada yang menyebutkan bahwa ayah dan ibu merupakan model yang tepat bagi anak-anak. Di sisi lain, anak dianggap sebagai sosok peniru ulung. Lantaran itu, orangtua sebaiknya selalu menunjukan sikap sopan santun. Dengan begitu, anak pun secara otomatis akan mengadopsi tatakrama tersebut. Perlu diketahui, pola pengajaran bertatakrana tentunya tidak semata berupa nasehat, akan tetapi juga perlu contoh.
  1. Mulai dari kecil.
“Pengajaran” tatakrama sebaiknya dimulai dari kehidupan sehari-hari dan dari hal yang kecil. Anak dikenalkan mengenai aturan-aturan atau adab sopan santun. Kelak kebiasaan-kebiasaan baik yang kadang luput dari perhatian ini akan terus dilakukan hingga ia besar.
  1. Jelaskan tujuannya.
Mengajak atau mengajarkan anak bersopan santun tidak perlu dengan cara keras. Namun diupayakan dengan kelembutan sehingga anak betul-betul memahami maksud dan tujuan bertata krama, pada umumnya anak yang baik dan bisa menghargai orang lain adalah anak yang tahu sopan santun. Sebagai sebuah proses, bagaimanapun orangtua dan Guru perlu sabar hingga anak didiknya mengerti dan menerapkanya.


Tidak ada komentar: